MAKNA ITU
Aku tetap menyambut pagi
Dengan kelopak yang tak pernah terpejam
Menyentuh hanya bersama tawaku sesaat dan sebentar
Lantas menghilang dalam sadar tak sadarku
Ku tatap mata yang lain yang katanya punya cinta
Yang hati nya merah marun
Ada di sisi mentari dengan cahaya
Dengan perhiasan menyilaukan mata
Jangan kan ku rengkuh mentap pun aku rasanya tak mampu
Di lorong tak berpintu aku temukan bahagia
Rakusnya aku
Menegak literan ais sumber yang kata mereka tak mau seprti itu
Di sana aku tahu arti kesepian
Jangan di rentang lagi masa lalu
Aliran ini masihl agi melaju
Berbicara waktu
Hatikua tak mau bukan karena tak mampu
Berdiri tegak di sejajarkan yang lain
Kenapa binatang itu tetap dibelakangku
Racun nya berbisa dan pernah kurasakan
Ingin ku bagi tapi kenapa jadi senyuman
Senja bermuram tak pernah tersenyum
Sekejap datang namun dia merangkulku
Ku temukan arti syurga yang lain
Tak seperti malam
Yang hanya ada cahaya kepalsuan
Puitis ku terlarut dalam hati
Terelepas dalam guratan nadi
Yang menjadi untaian kata
Bersama arti
Saat warna warnia indah tlah berubah di hadapan ku
Yang ada tinggal nafsu
Menjadi bisu dalam kelabu
Tertanya sendiri
Di mulai dan pasti nya di akhiri
Jari yang gemulai menunjuk ufuk
Berdepan dengan arti satu di sana kutemukan ketenangan
Ada rindu saat kutinggalkan
Seprti itu mentari dan malam
Ada senja ada cela ada tanya ada rahasia di dalamnya
Begitu juga hatiku
Jalan hidup yang di tempuh
Di rasa lantas di artikan
Arti anak dan arti titipan
Beredar dalam tata surya yang telah di takdirkan
Pada satu muara
Mencoba sekarang menyibak kata – kata malam
Ada gurauan, ada doa
Juga masih ada sisi yang lain
Banyak rupa dalam hitam dan putih
Kata orang berwarna luar
Dalam hati masih lagi ada belantara
Pekat tak bersentuh
Jauhnya batasan tujuh lapis langit
Itu lah teka teki hidup
Tek bisa di terka
Andai aku mampu
Jangan kan bulan, mentari pun kan ku dekap
Untuk cahaya hidupku yang separuh dari padanya
Telah redup
Kata angin itu gerhana
Bagiku
Hitam tetap hitam pekatnya membekas
Sekalipun kau lunturkan
Tak kan mampu menjadi putih yang berkilauan
Duduk bersila menatap awan
Berdepan dengan reruntuhan kepingan
Dalam bangunan hati
Rapuh, patah
Ku cari penyambung makna
Tak jua ku temukan yang sebenar
Yang mengerti arti langkah kakiku
Berdepak depak dalam tendangan
Kadang berdebu dan menyakitkan
Bengini apabila tiba kata ragu
Menyendiri membenarkan diri
Minuman itu tak lagi ku teguk
Dalam gelas itu ku pecahkan kesunyian
Ku isi lagi namun tak ada tempat tuk menampung
Ada dua dekapan tangan
Namanya ku basuh
Lantas bersimpuh
Me lafadz tertinggi dalam Satu
Aku ini manusia
Bukanmentari,malam atau senja
Ada hati yang bisa menipu
Ada asmara yang tersembunyi
Ada dosa yang tlah buat ku runtuh
Bernyanyi dalam bisikan bayu
Tiga dan delapan
Serupa namun tak tertutp penuh
Tapi masih di perhitungkan
Sedang aku masih lagi di bedakan
Bukan perkara waktu atau nominal dan hitungan
Biar nanti
Ku hapus dan kutulis lagi yang baru
Sajak-sajak di mana tak ada lagi mentari
Yang ada aroma kasturi
Untuk arti bahagia
Yang akan berbekal dan berhadapan dengan nanti
Berpendirian tak menyamakan arti dahan daun dan akar
Meski dalam satu tumbuhan
Ada perbedaan dan fungsi
Sebagaimana aku
Yang masih lagi tau posisi dan porsi
Di mana seharus dan semestinya ku berdiri
Bersimpuh membawa, menggenggam
Sebelah hati yang beriring tajam nya belati
Dalam perih ada tangisan dimana sebaliknya makaa di ungkapkan
Dalam kesungguhan bukan kata atau tingkah
Hanya yang bermakna yang mampu
Keikhlasan dan kejujuran
Seandainya tau pastilah musnah belantara
Gelap dan senyum tipu muslihat muslihat itu
Ku cari hati satu bukan permata yang berkilau
Biar berlumpur andai dia tau semua makna
Semoga dia kan jadi milik ku selamanya
3lyas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar